Kamis, 08 April 2021 13:58
WIB
Reporter :
Kategori :
Ragam
kenduri sko / foto: istimewa
Oleh: Nor Qomariyah*)
Hujan gerimis tak menyurutkan langkah Nenek Rada, Depati Payung di negeri Rantau Kermas, untuk sampai di Balai Adat Desa dengan cepat. Jalanan becek dan berbatu, justru membuat Nenek Rada bersemangat menuju bangunan besar berukuran 8x5 m itu.
Bangunan yang beratap seng berbentuk kerucut menengadah langit sebagai lambang Balai Adat, selama ini menjadi saksi berbagai ritual adat nenek moyang Desa Rantau Kermas, salah satu desa yang menjadi bagian dari wilayah hukum adat Serampas. Bahkan berbagai acara besar, seperti baralek gadang dan upacara adat lainnya, terutama Kenduri Sko, harus dilakukan di tempat ini.
Baca Juga
Al Haris Harap Setiap Tahun Jambi Dapat PSN
Lintas Bangko-Kerinci Lumpuh, Al Haris Rencanakan Bangunan Jalur Evakuasi
Wabup Mashuri Salurkan Bantuan Tali Asih Pada ASN yang Meninggal dan Pensiun
Sebagai Depati, Nenek Rada sangat sadar, bahwa Kenduri Sko baginya adalah hal yang tak boleh dilewatkan sebagai warisan leluhur nenek moyang, apapun kondisinya. Karena jika terlewat, itu diyakini betul akan membawa dampak negatif bahkan hingga bencana di dalam desa.
Di kejauhan terlihat masyarakat lain juga menyusul nek Rada menuju Balai Adat. Mereka membawa berbagai "hantaran negeri" berupa ayam 1 ekor yang telah dibersihkan dan siap masak, beras ketan 1 gantang, beras payo 1 gantang, cabai dan bumbu dapur serta lemang 2 buluh.
Masyarakat dari 3 RT yang mendiami desa tersebut, tumpah ruah. Mulai dari anak-anak, remaja, orang tua, baik laki-laki maupun perempuan dengan berbagai peran masing-masing.
Sebagian laki-laki yang ditunjuk panitia oleh negeri, menjadi juru masak dengan menyiapkan dapur umum, kayu bakar dan kelapa yang telah dibeli oleh negeri. Para perempuan yang sebagian besar merupakan induk negeri juga tak kalah perannya dengan menyiapkan berbagai bumbu dapur dengan batu giling berukuran besar sebagai penggiling bumbu tradisional.
Pukul 12.30 WIB, ruang dapur umum terasa begitu penuh sesak oleh bau harum yang menyengat. Perpaduan rempah negeri seperti cabai merah lokal, kunyit, jahe, serai, bawang merah yang dipetik dari kebun masyarakat sendiri, menjadi tanda suburnya tanah negeri atas tumbuhnya berbagai tanaman pangan tumbi (keluarga). Belum lagi beras payo yang telah ditanam selama 7 bulan ini, telah dituai, dan akan segera dinikmati bersama pada malam harinya. Begitu juga lemang, yang telah dibakar di atas tungku perapian oleh para induk negeri selama 2 jam pada malam harinya.
Suasana seperti inilah yang sering dirindukan oleh para induk semang, saling bergurau, bercerita, menuturkan berbagai sejarah mengapa lemang menjadi penting dalam kenduri sko hingga sugi sirih yang setia menemani sela-sela obrolan mereka sekalgus menghangatkan badan di tungku perapian.
Sore harinya, para orang tua baik laki-laki maupun perempuan, menyiapkan seluruh hidangan di atas tempat tinggi dalam balai Adat. Seluruh persembahan ini nantinya akan dinikmati bersama pada malam harinya yang dimulai pada pukul 20.00 WIB, selepas shalat isya.
Tahun ini ada yang istimewa, yakni persembahan negeri berupa beras 20 gantang dan kambing 1 ekor sebagai persembahan tolak balak atas terjadinya bencana internasional yakni pandemic Covid 19. Meski menurut masyarakat, di desa ini masih terasa nyaman dan tidak ada kasus Covid 19, namun hal ini harus tetap dilakukan sebagai bentuk tolak balak, agar terbebas dari pandemic. Bahkan kali ini, kenduri sko tuai padi payo akan dilakukan ritual khusus dengan membacakan Yasin dan berdoa bersama. Surat Yasin dalam tradisi Islam diyakini sebagai bentuk surat di al-Qur’an yang diyakini mampu menolak segala bencana yang hadir atas kuasa Allah Swt, sebagai Tuhan semesta alam yang juga menggerakkan nenek penjaga hutan sekaligus pengusir pandemic Covid 19.
Diiringi rebab, Kepala Desa dan Depati Payung melangkah menuju singgasana tinggi di dalam balai. Meski tidak mengenakan baju adat, para tuo tengganai tetap tampil mengenakan baju yang dinilai paling pas dengan setelan lengan panjang, sarung dan ‘songkok nasional, duduk rapi berjajar, membacakan susunan acara kenduri sko yang digelar. Kali ini, Depati hanya memberikan pengumuman dan arahan sebagai Ketua Lembaga Adat Desa Rantau Kermas.
Beberapa hal yang beliau sampaikan merupakan hasil bersama keputusan musyawarah dari usulan masyarakat, seperti himbauan untuk tetap menjaga rimba, mematuhi aturan adat dan juga aturan khusus bagi masyarakat selama pandemic Covid 19, seperti keluar dari desa harus benar-benar dipastikan sebagai kepentingan mendesak dan menggunakan protokol Covid 19 seperti penggunaan masker, menjaga jarak dan sering mencuci tangan pada kran bambu hijau yang ada di sudut desa atau rumah-rumah penduduk.
Cerita Covid 19 bukanlah cerita baru bagi masyarakat Serampas. Covid yang mewabah ini adalah bagian dari batuk ‘Selemo’ yang dibawa oleh Kelelawar. Karena itu, terdapat larangan adat untuk keluar rumah saat Kelelawar bermigrasi dari hutan melewati rumah mereka. ‘Itu dulu lah ado mbak, jaman kami kecik dulu, kami ndak boleh keluar rumah’ tutur Mak Cha yang kini telah berusia 37 tahun.
Ketika kenduri sko ini berakhir pukul 09.00 WIB, masyarakat kemudian menyantap hidangan yang telah disediakan, dari hasil bumi yang selama ini mereka tanam. Setiap orang hadir dari usia tua, pemuda, anak-anak, berapapun usianya mendapatkan bagian yang sama: lemang 2 potong, nasi 1 bungkus, ayam 1 potong, yang telah mereka setorkan pada pagi harinya.
Doa, tawa dan senda gurau masyarakat menikmati sntapan khas berbumbu daun ketumbar dan gulai ayam. Meski tanpa musik tari tauh beralun, kenduri sko kali ini sarat dengan makna, larut dalam nuansa kebahagiaan dan kebersamaan, di tengah udara yang sangat dingin dan keheningan malam yang merayap menyelimuti desa.
*) Fasilitator WARSI, ([email protected])
Tag : #Merangin
Sosok dan Pemikiran Dhakidae, Cendekiawan dan KekuasaanOleh: Fridiyanto* Daniel Dhakidae, seorang begawan ilmu sosial yang mungkin menurut saya tidak terlampau banyak dikenal di kalangan akademisi perguruan |
Jumat, 09 April 2021 13:10
WIB Warga SAD Bukit 12 Ikut Berkompetisi di Penerimaan Anggota Polri Tahun 2021Kajanglako.com, Sarolangun - Satu orang warga Suku Anak Dalam (SAD) di wilayah Sarolangun mendaftarkan diri dalam penerimaan polisi di tahun 2021. Warga |
Kamis, 08 April 2021 16:54
WIB UN Ditiadakan, Asesmen Nasional Jadi Penentu Kelulusan Siswa di SekolahKajanglako.com, Sarolangun – Tahun 2021 ini, Ujian Nasional yang biasanya menentukan kelulusan bagi siswa dan siswi baik SD, SMP maupun SMA sederajat, |
Sejarah Jambi Cerita dari Daerah Jambi (2)Oleh: Frieda Amran (Antropolog. Mukim di Belanda) 11. Kemudian diceritakan bahwa pada waktu, Mahmud Mahyuddin sendiri sedang berperang di Jambi. Perang |
Kamis, 08 April 2021 12:15
WIB Pemkab Merangin Bolehkan Tarawih dan Sholat Idul Fitri BerjamaahKajanglako.com, Merangin - Pemerintah Kabupaten Merangin mengeluarkan kebijakan terkait pelaksanaan ibadah Ramadhan dan Idul Fitri di tengah pandemi Covid-19. Bupati |
Kamis, 08 April 2021 13:58
WIB
Minggu, 28 Maret 2021 03:34
WIB
Senin, 22 Februari 2021 16:29
WIB
Rabu, 10 Februari 2021 13:23
WIB
Sabtu, 30 Januari 2021 04:42
WIB
Kamis, 01 April 2021 08:23
WIB
Siaga Radikalisme, Polres Sarolangun Gelar Apel Bersama |
Rabu, 31 Maret 2021 14:17
WIB
Syafril Nursal Imbau Keluarga Besar Dukung Haris- Sani dalam PSU Pilgub Jambi |
Kamis, 11 Juni 2020 11:33
WIB
70 Persen Kebutuhan Ikan di Merangin Dipasok dari Luar |
Sabtu, 07 Maret 2020 04:39
WIB
Polemik Pagar Seng PT EBN vs Pedagang BJ Dikonfrontir di Meja Hijau DPRD |
Natal dan Refleksi Keagamaan Jumat, 28 Desember 2018 07:09 WIB Berbagi Kasih Antar Sesama Suku Anak Dalam |
Festival Budaya Bioskop Jumat, 16 November 2018 06:20 WIB Bentuk Museum Bioskop, Tempoa Art Digandeng Institut Kesenian Jakarta |
PT : Media Sinergi Samudra
Alamat Perusahaan : Jl. Barau barau RT 25 Kel. Pakuan Baru, Kec. Jambi Selatan – Jambi
Alamat Kantor Redaksi : Jl. Kayu Manis, Perum Bahari I, No.C-05 Simpang IV Sipin Telanaipura Kota Jambi (36122)
Kontak Kami : 0822 4295 1185
www.kajanglako.com
All rights reserved.